Manajemen Kualitas dan Perbaikan
Manajemen
kualitas adalah aspek-aspek dari fungsi manajemen keseluruhan yang menetapkan
dan menjalankan kebijakan mutu suatu perusahaan /organisasi.Dalam rangka mencukupkan
kebutuhan pelanggan dan ketepatan waktu dengan anggran yang hemat dan
ekonomi,seorang manager proyek harus memasukan dan mengadakan pelatihan management kualitas.
Definisi
kualitas dapat diartikan sebagai “the fitness for use or purpose at
the most economical level” (Vijayaram, Hamouda dan Ahmad,2006).
Dari segi pengertian terlihat begitu pentingnya untuk memperbaiki kualitas secara terus menerus tanpa menaikkan
harga dari
produk yang dipasarkan. Harga
sendiri dipengaruhi oleh biaya
produksi dan biaya produksi
dipengaruhi oleh waste, rework dan downgrading
rates.
Berdasarkan pengertian (Vijayaram, Hamouda dan Ahmad,2006)
dapat disimpulkan bahwa peran dari manajemen kualitas adalah bagaimana mengkombinasikan biaya produksi yang optimal dengan kualitas yang
sesuai standar sehingga perusahaan
dapat memperoleh keuntungan.
Biaya Kualitas
Biaya
kualitas adalah biaya yang dikeluarkan ketika suatu produk berkualitas buruk
Yang tidak
memenuhi standar pelanggan (Customer).Perusahaan yang mampu memperbaiki
kualitasnya dan meng-elimiinasi terjadi biaya kualitas ini akan dapat
meningkatkan Laba Perusahaan sehingga memiliki keunggulan dalam bersaing dengan
kompetitornya.
Menurut Hansen
& Mowen (2007) kegiatan pengendalian dan kegiatan kegagalan didefinisikan
sebagai berikut:
1. Biaya kendali
Merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh suatu organisasi untuk mencegah atau mendeteksi
kualitas buruk.
2. Biaya kegagalan
Merupakan
biaya melakukan kegiatan pengendalian.
Dari
kedua definisi tersebut menyiratkan bahwa respon pelanggan terhadap kualitas
yang buruk dapat membebankan biaya pada suatu organisasi.
Untuk menggambarkan berbagai macam perencanaan yang dilakukan
suatu perusahaan maka tahap demi tahap harus dilakukan demikian juga
dnegan konsep lean manufacturing. Lean manufacturing ini merupakan upaya yang
dilakukan perusahaan untuk meningkatkan efisiensi produksi. Lean dijadikan
sebagai praktek yang mempertimbangkan berbagai pengeluaran
yang berkaitan dengan sumber daya yang dimiliki perusahaan.
Semua itu bertujuan untuk mewujudkan nilai suatu produk yang
dihasilkan untuk meningkatkan omset penjualan. Cara yang dilakukan
oleh hampir semua perusahan produksi tersebut adalah untuk mencegah terjadinya
pemborosan anggaran produksi. Dengan menggunakan konsep lean
manufacturing tersebut maka akan mengurangi biaya produksi namun
tetap menjaga kualitas barang yang dihasilkan.
Lean manufacturing memang menjadi bagian yang sangat penting untuk
perusahaan sekalipun tidak semua perusahaan membutuhkan konsep
ini. Dalam perkembangannya lean dianggap sebagai pendekatan
sistemik maupun sistematis yang berfungsi untuk identifikasi
untuk menghilangkan semua pemborosan biaya produksi maupun semua
aktivitas yang tidak bermanfaat. Dalam konsep ini maka akan dilakukan
cara mengalirkan produk maupun informasi yang menggunakan sistem tarik
dari pelanggan internal maupun pelanggan eksternal untuk
mendapatkan keunggulan dan kesempurnaan produk yang dihasilkan perusahaan.
Berikut
adalah dasar teknik
lean manufakturing dan prinsip yang
digunakan di Lean six sigma
(Taghizadegan,2006):
1.
5S
·
Sort (Menyimpan
yang penting saja), Shine
(Menjaga semuanya bersih), Straighten
(membuat semuanya dapat diambil dengan mudah), Standardize (implementasikan 3S
pertama dan menjaganya), dan
Sustain.
·
The first
3S are actions, and
the last two are sustaining and progressive.
2.
Value-stream mapping
3.
Kaizen
·
Perbaikan secara terus
menerus.
4.
Mistake-proofing
·
Proses analisa dan implementasi dari robust
engineering untuk membangun kualitas kedalam proses assembly
atau
proses manufakturing dengan
hasil berupa biaya yang efektif.
5.
Cycle time
reduction
6.
Pengurangan
jumlah Inventori
7.
Setup time reduction
8.
Identifikasi
pemborosan dan mengeliminasinya.
Pada dasarnya filosofi
lean yang dapat digunakan di lean six sigma adalah sebagai berikut:
1.
Mengeliminasi semua pemborosan yang berpengaruh terhadap proyek atau
proses produksi.
2.
Menjaga kepuasan konsumen dengan kecepatan pada internal atau
ketika menyelesaikan produk yang diminta.
3.
Menyelesaikan proyek sesuai jadwal dengan biaya yang sudah
direncanakan
sebelumnya atau
dibawah biaya yang sudah
direncanakan.
4.
Secara terus-menerus memperbaiki keuntungan
perusahaan.
Six sigma merupakan suatu
metodologi dan tools yang berfokus untuk mengurangi
variasi produk, mengukur defect dan memperbaiki kualitas proses dan jasa (Gijoa et al, 2011). Ditemukan dan dikembangkan oleh William Smith yang
dikenal sebagai bapak dari six sigma dan
diperkenalkan oleh Motorola pada era 80an karena dua alasan. Alasan pertama
karena
sifat alami dari produksi massal dan
alasan kedua yaitu ancaman kehilangan pasar ketika produk Jepang masuk di
Amerika. Six sigma
awalnya digunakan dalam proses manufacturing, namun
hingga saat ini marketing, purchasing,
billing, invoicing insurance, human
resource, dan consumer service mengimplementasikan metodologi six sigma untuk secara terus menerus mengurangi defect terhadap proses bisnis masing-masing (Gijoa et
al, 2011).
Six sigma dapat dijelaskan
dalam dua perspektif, yaitu perspektif statistik dan perspektif metodologi.
Perspektif statistik
sigma dalam statistik
dikenal sebagai simpangan baku (bahasa Inggris: standard
deviation) yang menyatakan
nilai simpangan terhadap nilai tengah. Suatu proses dikatakan baik apabila
berjalan pada suatu rentang yang disepakati. Rentang tersebut memiliki batas,
batas atas atau USL (Upper Specification Limit) dan batas bawah atau LSL (Lower Specification Limit'') proses yang terjadi di luar rentang
disebut cacat. Proses Six Sigma adalah proses yang hanya menghasilkan 3.4 DPMO (defect permillion opportunity).
Yield
(probabilitas tanpa cacat) |
DPMO
(defect permillion opportunity) |
Sigma
|
30.9 %
|
690.000
|
1
|
69.2 %
|
308.000
|
2
|
93.3 %
|
66.800
|
3
|
99.4 %
|
6.210
|
4
|
99.98 %
|
320
|
5
|
99.9997
|
3.4
|
6
|
Perspektif Metodologi
Six Sigma merupakan
pendekatan menyeluruh untuk menyelesaikan masalah dan peningkatan proses
melalui fase DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve,
Control).DMAIC merupakan jantung analisis six sigma yang menjamin voice of costumer berjalan dalam keseluruhan proses
sehingga produk yang dihasilkan memuaskan pelanggan.
·
Define adalah
fase menentukan masalah, menetapkan persyaratan-persyaratan pelanggan,
mengetahui CTQ (Critical to Quality).
·
Measure adalah
fase mengukur tingkat kecacatan pelanggan (Y).
·
Analyze adalah
fase menganalisis faktor-faktor penyebab masalah/cacat (X).
·
Improve adalah
fase meningkatkan proses (X) dan menghilangkan faktor-faktor penyebab cacat.
·
Control adalah
fase mengontrol kinerja proses (X) dan menjamin cacat tidak muncul
Metodologi Six Sigma
Perusahaan
Motorola membangun lima fase
pendekatan
yang disebut model DMAIC untuk mencapai level tertinggi
dalam six sigma yaitu
3.4 defect per million.
Lima fase tersebut,
yaitu :
Define
Dalam
mendefinisikan suatu proyek,
diperlukan kefokusan dalam mendefinisikan kondisi sekarang dengan mengemukakan masalah yang spesifik tentang apa saja yang tim ingin perbaiki, alasan kenapa projek
tersebut harus dijalankan dan seberapa
besar
manfaatnya termasuk
cakupan
dari projek dan project
charter
Penyampaian masalah dan penyampaian
tujuan merupakan
bagian dari
project charter, berikut merupakan bagian yang
seharusnya menjadi project charter, yaitu
:
a.
Business
case (Financial Impact)
b.
Penyampaian
masalah
c.
Cakupan dari projek (Batasan)
d.
Penyampaian
Tujuan
e.
Peran dari anggota
tim
f.
Milestone (waktu mulai dan
berakhirnya proyek)
g.
Sumberdaya yang dibutuhkan
Untuk lebih mudah dalam memahami masalah yang telah dikemukakan
sebelumnya diperlukan Supplier-Input-Process-Output-Customer
(SIPOC) diagram merupakan alat yang
digunakan untuk
menggambarkan informasi dari
suatu
proses. Diagram SIPOC sangat berguna
ketika ingin memulai
suatu proyek untuk menyediakan informasi pada tim
sebelum proyek
dimulai. Untuk membuat SIPOC diagram diperlukan:
·
Identifikasi
proses kunci
·
Identifikasi
output dari
proses
dan konsumen yang terkait.
·
Identifikasi
input
dari proses dan supplier yang terkait
Contoh diagram SIPOC dapat dilihat pada Tabel 2.2
Supplier(s)
|
Inputs
|
Process
|
Outputs
|
Customer
|
Husband
Supermarket
|
Teabag
Kettle
Electricity
Water
Milk
Cup
|
Cup of tea
Used teabag
|
Wife
|
Diagram Input-Process-Output
(IPO) merupakan representasi visual dari proses atau aktivitas seperti Tabel
2.3 Penting untuk mendefinisikan dan
mengenali input variable dan response atau output. Itu membantu kita
untuk mengerti yang
dibutuhkan untuk mencapai
setiap output yang diinginkan
Input
|
Process
|
Output
|
Centigrade
|
Prompt for centigrade value
Compute fehrenheit value
|
Fahrenheit
|
Measure
Tahap kedua dalam metodologi six sigma
adalah tahap measure. Tahap ini
bertujuan untuk menjelaskan pengertian mengenai keadaan proses yang mau diperbaiki. Beberapa tools yang digunakan
dalam tahap ini adalah
:
·
Flow Charts
·
Fishbone
Diagrams
·
Descriptive Statistic
·
Scatter Diagrams
·
Stem and Leaf Plots
·
Histogram
Outcome dari aplikasi ini berupa charts, gambar atau plot yang
membantu praktisi six sigma lebih
mengerti mengenai distribusi data. Distribusi data dapat
dikategorikan menjadi
:
·
Distribusi Normal
·
Weibul
·
Hypergeometric
·
Chi
Square
Data dapat
bersifat kontinus atau
diskrete.
Analyze
Tahap
ini bertujuan mengidentifikasi beberapa kemungkinan penyebab
(X’s) dari variasi atau cacat yang
menyebabkan output
(Y’s) pada proses. Salah
satu tools yang digunakan pada tahap ini adalah Cause and Effect Diagram. Cause and Effect Diagram merupakan sebuah teknik yang mengidentifikasi dan menggambarkan banyak kemungkinan
penyebab dari masalah. Tools ini terfokus
pada pemecahan masalah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.1. Root cause merupakan hasil dari analisis ini. Penyebab masalah
dapat divalidasi menggunakan applicable
statistic tools seperti scatter plots,
uji hipotesis, ANOVA, regresi atau Design
of Experiment. Beberapa metode yang
digunakan untuk mengetahui akar pemecahan masalah dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Improve
Pada tahap ini
dilakukan brainstorming dan melakukan perbaikan terhadap akar permasalahan
yang telah
divalidasi sebelumnya pada
tahap analyze. Tools yang banyak digunakan pada tahap ini adalah affinity
diagram.
Control
Pada tahap ini, proses yang diteliti sudah diukur, data sudah dianalis, dan
proses sudah diperbaiki, maka
dibutuhkan keberlanjutan
untuk mengontrol keadaan tersebut. Salah satu tools yang dapat digunakan adalah dengan Statistical Process Control (SPC). Tujuan dari SPC adalah untuk menyediakan informasi bagi para praktisi apakah proses yang terjadi sudah termasuk dalam batas kontrol atau
tidak.
Konsep Lean Six
Sigma
Lean dan Six Sigma, keduanya merupakan kunci strategi bisnis yang dipakai di perusahaan untuk meningkatkan proses produksi dalam manufacturing (Thomas,Barton dan Okafor,2006). Lean six sigma seperti yang
terlihat pada Gambar 2.3 merupakan kombinasi dari kedua metode tersebut. Kombinasi ini dibutuhkan karena proses lean tidak
menggunakan kontrol statistik sementara six sigma sendiri secara dramatis
tidak
dapat
memperbaiki kecepatan
proses atau mengurangi invested capital.
Lean Six Sigma
merupakan metodologí disiplin
yang ketat,
didorong data, pendekatan yang berorientasi
hasil untuk proses perbaikan
dengan mengintegrasikan
alat dan proses dari lean dan sigma. Sehingga dapat
memperbaiki kualitas, efisiensi dan
kecepatan disetiap aspek bisnis. Menanamkan metodologi ketat seperti lean six sigma dalam budaya organisasi bukanlah perjalanan singkat, tetapi
diperlukan komitmen yang mendalam bukan hanya untuk hasil jangka pendek melainkan juga untuk tujuan
jangka panjang secara terus-menerus. Untuk lebih jelasnya konsep Lean
six sigma adalah sebagai berikut:
1.
Pendekatan data dan metode yang digunakan untuk menganalisa suatu
akar
permasalahan
dalam
manufakturing dan masalah prose bisnis
dengan mengeliminasi defect (mengarah pada standar deviasi yang
ke 6 antara mean dan batas spesifikasi terdekat (UCL dan LCL) dan secara
dramatis memperbaiki produk.Memperbaiki pengetahuan pegawai terhadap kepuasan pelanggan secara
on
time delivery
dari
bootom line.
Sehingga six
sigma bukan
hanya teknik proses perbaikan tetapi strategi manajemen untuk
mencapai financial goals.
2.
Memperbaiki pengetahuan pegawai terhadap kepuasan pelanggan secara on
time delivery dari bootom line. Sehingga six sigma bukan hanya
teknik proses perbaikan tetapi strategi manajemen untuk mencapai financial
goals.
Penulis : Mochammad Dimas Andra Saputra
Teknik Industri Universitas Bakrie angkatan 2013
Sumber :
https://tariecliple.wordpress.com/2013/05/04/kualitas-dan-manajemen-kualitas/ http://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-biaya-kualitas-quality-cost-dalam-produksi/
Editor :
HMTI-UB
Redaksional
: HMTI-UB