Open House HMTI-UB 2016/2017 "The Introduction of HMTI’s Generation”

9:36 AM Add Comment



Himpunan Mahasiswa Teknik Industri Universitas Bakrie (HMTI-UB) periode 2016/2017 telah  mengadakan kegiatan Open HouseOpen House merupakan program kerja ketiga dari HMTI-UB periode 2016/2017 yang bertujuan untuk memperkenalkan pengurus serta program kerja apa saja yang akan diadakan oleh HMTI-UB kepada seluruh Keluarga Mahasiswa Universitas Bakrie (KM-UB) agar terjalin hubungan yang baik dan saling membantu untuk menyukseskan program kerja yang ada.

Tema Open House kali ini adalah The Introduction of HMTI’s Generation” yang dirangkai semenarik mungkin dengan konsep Talkshow. Acara ini diadakan pada hari Selasa, 22 November 2016, pukul 18.30 WIB di Ruang 7 Universitas Bakrie. Pembukaan Acara yang dibawakan oleh MC yaitu Bagas Apriyanto dan Dynda Puspa Pramedia yang merupakan Mahasiswa aktif Teknik Industri 2014. Acara dibuka oleh Sambutan Ketua Pelaksana Trisila Handayani dan Ketua HMTI Universitas Bakrie  Ananda Dimas Haryanto. 

Setelah itu pemutaran video Lipdub dari setiap departemen HMTI-UB dan dilanjutkan dengan pemakaian selempang yang dipakaikan oleh Perwakilan HMTI-UB 2014 (Sebelumnya) kepada setiap pengurus HMTI-UB yang diawali dari Badan Pengurus Inti (BPI) dan kedua pemakaian selempang kepada Depatemen Akademik dan Penalaran, ketiga pemakaian selempang kepada Departemen Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa (PSDM), keempat pemakaian selempang kepada Departemen Hubungan Masyarakat (HUMAS), dan yang terakhir pemakaian selempang kepada Departemen Kewirausahaan (KEWIRUS). Setelah pemakaian selempang untuk setiap pengurus HMTI-UB dilanjutkan dengan Talkshow dari setiap perwakilan HMTI-UB yaitu ketua HMTI-UB dan setiap Kepala Departemen HMTI-UB dan terjadi tanya jawab antara MC dan setiap pewakilan dari HMTI-UB untuk memberikan informasi mengenai HMTI-UB dan program-program kerja dari HMTI-UB.

Sebelum acara berakhir, pengurus HMTI-UB memberikan sebuah persembahan lagu yang telah disiapkan untuk menghibur penonton yang telah datang ke acara Open House HMTI-UB tahun ini. Setelah memberikan hiburan kepada penonton, dilanjutkan dengan kuis sebagai bentuk interaksi kepada penonton, dan terdapat kesan pesan agar HMTI-UB dapat mengemban tugas lebih baik lagi. Semoga HMTI-UB periode 2016/2017 dapat menjalankan tugas dengan baik dalam satu periode kepengurusan satu tahun ke depan ini.





Sistem Manufaktur

8:21 PM Add Comment
Kata manufaktur berasal dari bahasa Latin manus factus yang berarti dibuat dengan tangan. Kata manufacture muncul pertama kali tahun 1576, dan kata manufacturing muncul tahun 1683. Manufaktur, dalam arti yang paling luas, adalah proses merubah bahan baku menjadi produk.

Proses ini meliputi (1) perancangan produk, (2) pemilihan material, dan (3) tahap-tahap proses dimana produk tersebut dibuat. Pada konteks yang lebih modern, manufaktur melibatkan pembuatan produk dari bahan baku melalui bermacam-macam proses, mesin dan operasi, mengikuti perencanaan yang terorganisasi dengan baik untuk setiap aktifitas yang diperlukan. Mengikuti definisi ini, manufaktur pada umumnya adalah suatu aktifitas yang kompleks yang melibatkan berbagai variasi sumberdaya dan aktifitas sebagai berikut:
- Perancangan Produk - Pembelian – Pemasaran
- Mesin dan perkakas - Manufacturing – Penjualan
- Perancangan proses - Production control – Pengiriman
- Material - Support services - Customer service
Hal-hal di atas telah melahirkan disiplin ilmu tentang teknik manufaktur. Sesuai dengan definisi manufaktur, keilmuan teknik manufaktur mempelajari perancangan produk manufaktur dan perancangan proses pembuatannya serta pengelolaan sistem produksinya (sistem manufaktur). Meskipun teknik manufaktur pada berbagai perguruan tinggi memiliki ke-khas-an sendiri-sendiri namun selalu ada bagian yang sama pada jurusan-jurusan tersebut. Keilmuan teknik manufaktur selalu berbasis kepada aktifitas pembuatan produk manufaktur yang melibatkan berbagai aktifitas dan sumberdaya seperti yang telah diuraikan di atas.
Jika dicermati, bidang ilmu teknik manufaktur sesungguhnya merupakan sinergi (gabungan yang saling menguatkan) dari jurusan teknik mesin dan teknik industri. Dari teknik mesin diadopsi ilmu-ilmu yang terkait dengan perancangan produk dan perancangan proses pembuatan, sedangkan dari teknik industri diadopsi ilmu-ilmu yang terkait dengan pengelolaan sistem di industri manufaktur (industri yang menghasilkan produk manufaktur). Dengan demikian akan ada beberapa matakuliah yang bisa dijumpai terdapat pada ketiga jurusan tersebut (overlapping). 
Karena sinergi tersebut, di beberapa perguruan tinggi yang belum memiliki teknik manufaktur sebagai jurusan tersendiri, keilmuan teknik manufaktur biasanya menjadi bagian dari jurusan teknik mesin atau teknik industri. Dengan demikian banyak bidang ilmu di kedua jurusan tersebut yang juga dipelajari di jurusan teknik manufaktur.
Seperti yang telah dituliskan sebelumnya, teknik manufaktur berhubungan dengan produk-produk manufaktur. Yang dimaksud produk manufaktur di sini adalah produk-produk yang pembuatannya melalui berbagai proses manufaktur. Sebagai ilustrasi, mari kita perhatikan dan kita periksa beberapa obyek di sekitar kita: arloji, kursi, stapler, pensil, kalkulator, telpon, panci dan pemegang lampu. Kita segera akan menyadari bahwa semua obyek tersebut mempunyai bentuk yang berbeda. Benda-benda tersebut tidak akan bisa kita jumpai ada di alam ini sebagaimana seolah-olah tersedia begitu saja di ruangan kita. Benda-benda tersebut telah ditransformasikan (diciptakan/dibuat) dari berbagai material dan dirakit hingga menjadi benda-benda yang kita pergunakan sehari-hari.
Beberapa obyek terdiri dari satu komponen, seperti paku, baut, kawat, gantungan baju. Namun demikian, kebanyakan obyek – mesin pesawat terbang (ditemukan tahun 1939), ballpoint (1938), panggangan roti (1926), mesin cuci (1910), AC (1928), lemari es (1931), mesin fotocopy (1949), dan semua jenis mesin, serta ribuan produk lainnya - dibangun dari perakitan sejumlah komponen yang terbuat dari berbagai jenis material. Semua komponen tersebut dibuat melalui berbagai proses yang disebut manufaktur (manufacturing). Di samping produk-produk akhir tersebut, manufaktur juga melibatkan aktifitas dimana produk yang dibuat dipergunakan untuk membuat produk. Produk tersebut adalah mesin-mesin yang dipakai untuk membuat berbagai macam produk. Misalnya mesin press untuk membuat plat lembaran menjadi bodi mobil, mesin-mesin untuk membuat komponen, atau mesin jahit untuk memproduksi pakaian. Aspek yang sama pentingnya adalah perbaikan dan perawatan (service and maintenance) mesin-mesin tersebut selama umur hidupnya.

Contoh Permasalahan Dalam Pengembangan Produk Manufaktur
Sebagai contoh permasalahan di dalam perancangan dan pembuatan produk manufaktur, berikut ini diilustrasikan bagaimana permasalahan di dalam perancangan dan pembuatan paper clip. Paper clip, benda yang sangat sederhana yang kita jumpai sehari-hari, dikembangkan pertamakali oleh Johan Vaaler, seorang warganegara Norwegia dan menerima hak paten pada tahun 1901.
Anggaplah bahwa kita akan memproduksi paper clip. Sebelum proses produksi berlangsung, langkah pertama adalah merancang paper clips tersebut. Pada proses merancang produk tersebut, berbagai pertanyaan akan muncul, material jenis apa yang akan dipilih untuk membuat produk tersebut? Apakah material logam atau non logam seperti plastik? Jika dipilih logam, logam jenis apa? Jika dipilih material kawat, berapakah diameternya? Apakah penampangnya harus berbentuk bundar atau ada yang berbentuk lain? Jika kehalusan permukaan kawatnya penting, seberapa kasar seharusnya? Bagaimana caranya membentuk paper clip dari kawat tersebut? Apakah ditekuk dengan tangan atau dengan menggunakan alat bantu? Jika diperlukan, mesin apa yang harus dirancang atau dibeli untuk membuat memproduksinya? Jika sebagai perusahaan mendapatkan order 100 buah clip atau 1 juta clip, apakah pendekatan manufakturnya akan berbeda? 
Kekakuan dan kekuatan juga tergantung kepada diameter kawat dan desain klip. Termasuk di dalam proses perancangan adalah pertimbangan-pertimbangan seperti jenis (style), penampilan fisik (appearance) dan kehalusan permukaan dari clip tersebut. Perhatikan, misalnya, bahwa beberapa jenis klip memiliki goresan di permukaannya, untuk memberikan gaya tekan yang lebih baik.
Setelah menyelesaikan perancangan, material yang cocok harus dipilih. Pemilihan material memerlukan pengetahuan tentang kebutuhan akan fungsi dan pemakaian produk tersebut, dan ini mengarahkan kepada pemilihan material yang tersedia secara ekonomis untuk memenuhi tuntutan tersebut pada harga yang sedapat mungkin paling murah. Pemilihan material juga melibatkan pertimbangan akan ketahanannya terhadap korosi, karena clip seringkali dipegang dan kontak dengan kotoran serta gangguan lingkungan lainnya. Perhatikan, kadang-kadang ada bekas karat akibat yang ditinggalkan oleh clip pada kertas yang disimpan pada waktu yang lama.
Banyak hal tentang clip ini yang harus ditanyakan. Apakah material yang dipilih bisa menahan lekukan (bending) pada saat proses pembuatan, tanpa retak atau patah? Bisakah kawat dipotong tanpa mengakibatkan keausan pada pisaunya? Akankah bekas potongannya halus atau meninggalkan permukaan yang tajam? Akhirnya, metode pembuatan apakah yang paling ekonomis pada laju produksi yang diperlukan, sehingga kompetitif di pasar dan menghasilkan keuntungan. Selanjutnya, metode pembuatan yang tepat dengan perkakas yang tepat, mesin dan peralatan harus dipilih untuk membentuk kawat menjadi paper clip.

Contoh di atas adalah contoh berbagai masalah di dalam produksi suatu produk yang relatif sederhana, pada produk-produk lain mungkin akan dijumpai masalah-masalah yang jauh lebih rumit. Terutama bila produk tersebut melibatkan teknologi tinggi dan diproduksi dalam jumlah banyak sehingga melibatkan banyak mesin, fasilitas maupun tenaga kerja. Sebuah mobil, misalnya, terdiri dari sekitar 15.000 komponen, pesawat terbang transport C-5A terbuat dari lebih dari empat juta komponen dan pesawat Boeing 747-700 terbuat dari enam juta komponen. Semuanya dibuat dengan bermacam-macam proses yang disebut manufaktur (manufacturing). Dengan demikian bisa dibayangkan luasnya area industri manufaktur, mulai dari yang paling sederhana hingga yang paling canggih. Bagi kebanyakan negara industri, manufaktur merupakan tulang punggung perekonomian. Sebagai aktifitas ekonomi manufaktur menyumbang 20 hingga 30% nilai dari produk dan jasa yang dihasilkan di suatu negara. Kenyataan itu telah membuktikan bahwa peluang sarjana teknik manufaktur masih terbentang luas.


             Sumber : 
 http://wucruen-nis.blogspot.co.id/2013/12/artikel-teknik-industri-sistem.html
 https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_manufaktur_fleksibel

Pengertian Stratification (Stratifikasi) dan Cara Membuatnya

7:43 PM Add Comment
Yang dimaksud dengan Stratification atau Stratifikasi dalam Manajemen Mutu adalah Pembagian dan Pengelompokan Data ke kategori-kategori yang lebih kecil dan mempunyai karakteristik yang sama. Tujuan dari Stratification (Stratifikasi) adalah untuk mengidentifikasikan faktor-faktor penyebab pada suatu permasalahan. Untuk dapat mengidentifikasikan kategori-kategori mana yang paling berpengaruh pada permasalahan yang sedang kita bahas, kita perlu menggunakan alat analisis mutu lainnya seperti Scatter Diagram ataupun Pareto Diagram.
Beberapa Contoh Stratification dalam produksi diantaranya seperti penggolongan :
  • Jenis kerusakan
  • Penyebab Kerusakan
  • Produk
  • Model
  • Mesin
  • Material (bahan)
  • Man (Operator yang mengerjakannya)
  • Tanggal Produksi
  • Supplier (Pemasok)
  • Tim Kerja atau Kelompok Kerja
  • Lokasi
  • Shift Produksi
 
Langkah-langkah yang diperlukan dalam Stratification (Stratifikasi) adalah sebagai berikut :
  1. Menentukan Tujuan dari pelaksanaan Stratifikasi
  2. Menentukan variabel atau kriteria yang akan dikelompokkan
  3. Membuat kelompok dan sub kelompok (jika diperlukan)
  4. Memasukan faktor-faktor kedalam kelompok ataupun subkelompok yang sesuai
  5. Agar data lebih mudah dilihat, data stratifikasi tersebut lebih baik dibuat ke dalam bentuk Pareto diagram atau Scatter Diagram.
Contoh Kasus dan Cara membuat Pengelompokan Data (Stratification)
 Sebuah Perusahaan yang memproduksi DVD Player memiliki tingkat kegagalan produk yang tinggi yaitu sekitar 5% (5 unit DVD Player rusak pada saat proses produksi). Manajemen Perusahaan kemudian membentuk sebuah Gugus Kendali Mutu (GKM)  untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Langkah pertama Kelompok kerja GKM ini adalah mengidentifikasikan penyebab utama terjadinya kegagalan. Oleh karena itu, dikumpullah data-data produksi selama 1 bulan terakhir. Dari data tersebut dibuatlah Stratifikasi atau pengelompokan data.

No.Defect Causes Responsible
1 Can not Playback Motor Defect Supplier
2 Can not Power ON Wire not soldered Workmanship
3 Can not Playback Wire not soldered Workmanship
4 Can not Playback Motor Defect Supplier
5 Can not Power ON Solder Short Workmanship
6 Display Dim LCD Defect Supplier
7 Display Dim LCD No solder Workmanship
8 Can not Playback Wire not soldered Workmanship
9 No Output Sound Connector not soldered Workmanship
10 Can not Playback Motor Defect Supplier
11 Can not Power ON Solder Short Workmanship
12 Can not Playback Missing Wire Workmanship
13 No Output Sound Chip Not soldered Dipping Machine
14 Display Dim Solder Short Workmanship
15 Can not Playback Wire not soldered Workmanship
16 No Display LCD Defect Supplier
17 No Display LCD No solder Workmanship
18 Can not Playback Solder Short Workmanship
19 Can not Playback Missing Component Workmanship
20 Can not Power ON Chip Not soldered Dipping Machine

Dari data diatas kita dapat membuat Stratifikasi atau Pengelompokan data menjadi 3 kategori yaitu berdasarkan Jenis Kegagalan (Defect), Penyebab Kegagalan (Causes) atau Pihak Penanggung Jawab (Responsible).
Sebagai contoh, Kelompok GKM Perusahaan tersebut ingin mengelompokan data berdasarkan Penanggung Jawab (Responsible) atau pihak yang paling besar kontribusinya terhadap kegagalan produksi DVD player, maka data tersebut akan disortir sehingga menjadi data seperti dibawah ini
 Responsible

Quantity
Workmanship 13
Supplier 5
Dipping Machine 2

Untuk mempermudah dalam pengambilan keputusan pemecahan masalah, Data tersebut kemudian dioleh ke dalam bentuk Pareto Chart (Cara membuat Pareto Chart dapat dilihat di Artikel :

 Dari Pareto Chart tersebut dapat lebih mudah kita lihat bahwa kontribusi terbesar kegagalan produk adalah dikarenakan oleh permasalahan “Workmanship” atau faktor pekerja yang menyebabkan terjadinya kegagalan produk tersebut. Dengan demikian kelompok kerja GKM seharusnya dapat mengambil tindakan yang sesuai agar dapat mengurangi permasalahan yang ditimbulkan oleh faktor pekerja.





Sumber:  http://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-stratification-stratifikasi-dan-cara-membuatnya/

Pengertian Stratification (Stratifikasi) dan Cara Membuatnya

7:43 PM Add Comment
Yang dimaksud dengan Stratification atau Stratifikasi dalam Manajemen Mutu adalah Pembagian dan Pengelompokan Data ke kategori-kategori yang lebih kecil dan mempunyai karakteristik yang sama. Tujuan dari Stratification (Stratifikasi) adalah untuk mengidentifikasikan faktor-faktor penyebab pada suatu permasalahan. Untuk dapat mengidentifikasikan kategori-kategori mana yang paling berpengaruh pada permasalahan yang sedang kita bahas, kita perlu menggunakan alat analisis mutu lainnya seperti Scatter Diagram ataupun Pareto Diagram.
Beberapa Contoh Stratification dalam produksi diantaranya seperti penggolongan :
  • Jenis kerusakan
  • Penyebab Kerusakan
  • Produk
  • Model
  • Mesin
  • Material (bahan)
  • Man (Operator yang mengerjakannya)
  • Tanggal Produksi
  • Supplier (Pemasok)
  • Tim Kerja atau Kelompok Kerja
  • Lokasi
  • Shift Produksi
 
Langkah-langkah yang diperlukan dalam Stratification (Stratifikasi) adalah sebagai berikut :
  1. Menentukan Tujuan dari pelaksanaan Stratifikasi
  2. Menentukan variabel atau kriteria yang akan dikelompokkan
  3. Membuat kelompok dan sub kelompok (jika diperlukan)
  4. Memasukan faktor-faktor kedalam kelompok ataupun subkelompok yang sesuai
  5. Agar data lebih mudah dilihat, data stratifikasi tersebut lebih baik dibuat ke dalam bentuk Pareto diagram atau Scatter Diagram.
Contoh Kasus dan Cara membuat Pengelompokan Data (Stratification)
 Sebuah Perusahaan yang memproduksi DVD Player memiliki tingkat kegagalan produk yang tinggi yaitu sekitar 5% (5 unit DVD Player rusak pada saat proses produksi). Manajemen Perusahaan kemudian membentuk sebuah Gugus Kendali Mutu (GKM)  untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Langkah pertama Kelompok kerja GKM ini adalah mengidentifikasikan penyebab utama terjadinya kegagalan. Oleh karena itu, dikumpullah data-data produksi selama 1 bulan terakhir. Dari data tersebut dibuatlah Stratifikasi atau pengelompokan data.

No.Defect Causes Responsible
1 Can not Playback Motor Defect Supplier
2 Can not Power ON Wire not soldered Workmanship
3 Can not Playback Wire not soldered Workmanship
4 Can not Playback Motor Defect Supplier
5 Can not Power ON Solder Short Workmanship
6 Display Dim LCD Defect Supplier
7 Display Dim LCD No solder Workmanship
8 Can not Playback Wire not soldered Workmanship
9 No Output Sound Connector not soldered Workmanship
10 Can not Playback Motor Defect Supplier
11 Can not Power ON Solder Short Workmanship
12 Can not Playback Missing Wire Workmanship
13 No Output Sound Chip Not soldered Dipping Machine
14 Display Dim Solder Short Workmanship
15 Can not Playback Wire not soldered Workmanship
16 No Display LCD Defect Supplier
17 No Display LCD No solder Workmanship
18 Can not Playback Solder Short Workmanship
19 Can not Playback Missing Component Workmanship
20 Can not Power ON Chip Not soldered Dipping Machine

Dari data diatas kita dapat membuat Stratifikasi atau Pengelompokan data menjadi 3 kategori yaitu berdasarkan Jenis Kegagalan (Defect), Penyebab Kegagalan (Causes) atau Pihak Penanggung Jawab (Responsible).
Sebagai contoh, Kelompok GKM Perusahaan tersebut ingin mengelompokan data berdasarkan Penanggung Jawab (Responsible) atau pihak yang paling besar kontribusinya terhadap kegagalan produksi DVD player, maka data tersebut akan disortir sehingga menjadi data seperti dibawah ini
 Responsible

Quantity
Workmanship 13
Supplier 5
Dipping Machine 2

Untuk mempermudah dalam pengambilan keputusan pemecahan masalah, Data tersebut kemudian dioleh ke dalam bentuk Pareto Chart (Cara membuat Pareto Chart dapat dilihat di Artikel :

 Dari Pareto Chart tersebut dapat lebih mudah kita lihat bahwa kontribusi terbesar kegagalan produk adalah dikarenakan oleh permasalahan “Workmanship” atau faktor pekerja yang menyebabkan terjadinya kegagalan produk tersebut. Dengan demikian kelompok kerja GKM seharusnya dapat mengambil tindakan yang sesuai agar dapat mengurangi permasalahan yang ditimbulkan oleh faktor pekerja.





Sumber:  http://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-stratification-stratifikasi-dan-cara-membuatnya/